Kamis, 05 Januari 2017

Kasus Pelanggaran Hak Pasien, Wewenang dan Kode Etik



KASUS PELANGGARAN HAK PASIEN, WEWENANG DAN KODE ETIK






NAMA           :           CANDRA OKTAVIANI
KELAS          :           Kebidanan Regular A
MATKUL      :           KONSEP KEBIDANAN
DOSEN          :           ANGGIT KARTIKASARI , S.ST , M. KES





KASUS :

1.      Kasus Pelanggaran Kode Etik Dan Wewenag Bidan
     Dalam kasus aborsi jika bidan melakukan tindakan aborsi maka akan melanggar peraturan:
a.       Pasal 229  
a)      Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
b)      Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
c)      Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

2.      Kasus Pelanggaran Kode Etik Dan Wewenag Bidan
     Seorang Ibu Primigravida dibantu oleh seorang bidan untuk bersalin. Proses persalinannya telah lama karena lebih 24 jam bayi belum juga keluar dan keadaan ibu nya sudah mulai lemas dan kelelahan  karena sudah terlalu lama mengejan. Bidan tersebut tetap bersikukuh untuk menolong persalinan
a)      Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau luka-luka berat.
Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati : Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
b)      Pasal 1365 KUHS, Setiap perbuatan melanggar hokum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang kkarena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu, menganti kerygian tersebut.

3.      Kasus Pelanggaran Hak Pasien
Ada seorang ibu datang ke klinik seorang bidan untuk melahirkan. Tetapi bidan itu membantu proses persalinan dengan muka masam karena pasien tersebut dari klangan keluarga tidak mampu. Jadi bidan tersebut berpikir tidak akan mendapatkan upah yang cukup. Sehingga bidan tersebut melakukan proses persalinan dengan perlakuan yang agak kasar dan membuat pasien tersebut merasa tidak nyaman. Ini tentu melanggar hak pasien karena pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa diskriminasi.


PENYELESAIAN KASUS :
Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, rutinitas,dan juga perubahan hubungan antara bidan dengan pasien. Untuk dapat mencegah terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan tidak memberikan jaminan atau garansi akan keberhasilan usahanya, dalam melakukan tindakan harus ada informed consent, mencatat semua tindakan kedalam rekam medik, dan lain-lain.
Cara membuktikan kelalaiannya adalah Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban) Jika seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka bidan tersebut dapat dipersalahkan.
Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti juga melakukan malpraktek etik (melanggar kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu merupakan malpraktek yuridis. Apabila seorang bidan melakukan malpraktek etik atau melanggar kode etik. Maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku didalam organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan malpraktek yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan
Kepala dinas kesehatan akan memcabut SIPB setelah mendengar saran dan keputusan dari MPEB dan IBI . MPEB akan melakukan sidang dari kasus ini. MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Yang menjadi saksi dari kasus ini adalah asisten bidan. MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Setelah asisten bidan mengatakan yang sebenarnya bahwa bidan lah yang menahan rujukan karena alasan komisi, maka MPEB akan memberikan sanksi yang setimpal karena sudah merugikan orang lain kepada bidan tersebut dan sebagai gantinya izin praktik bidan tersebut akan di cabut dan pencabutan SIPB sementara. Keputusan MPEB bersifat final.

Rabu, 04 Januari 2017

SISTEM URINARIA (PERKEMIHAN)


    A. Pengertian
Sistem urinarius (perkemihan) ditujukan sebagai sistem pembuangan (ekskresi). Sesuai dengan namanya, sistem urinarius menghasilkan urin (kotoran dalam bentuk cair) yang dikeluarkan dari tubuh. Sistem ini juga membantu mengendalikan keseimbangan kadar cairan dan garam tubuh.
 
   B. Organ yang Berperan
1.      Ginjal
Ginjal yang berbentuk seperti kacang merah, terletak di belakang peritoneum (terletak dalam rongga sepanjang kolumna vetebralis dan tepat di bawah iga paling bawah). Kedua ginjal berada dalam posisi tersebut karena ditahan oleh selubung lemak. Berat masing-masing ginjal kira-kira 5 ons. Bagian luar dari ginjal disebut korteks. Pada bagian inilah urin diproduksi. Bagian tengahnya disebut medula. Medula adalah sekumpulan saluran yang mengeluarkan urin dari korteks. Pelvis ginjal menerima urin dan menyalurkaannya ke ureter.
Fungsi ginjal yaitu memfilter sampah nitrogen (terutama sebagai urea) dan toksin-toksin lain dari darah serta mengontrol kehilangan air dan elektrolit dalam air, dengan demikian mempertahankan keseimbangan yang tepat dari subtansi ini dalam tubuh.

Berikut adalah gambaran ginjal dan alur filtrasi cairan:


  


2.      Ureter
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis dan intravesikalis. Dinding ureter terdiri dari mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan kontraksi guna mengeluarkan urin ke kandung kemih.
Ureter dibagi menjadi dua bagian yaitu; ureter pars abdominalis, berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka dan ureter pars pelvika, berada dari mulai persilangan vasa iliaka sampai masuk ke buli-buli. Secara radiologis, ureter dibagi menjadi 3 bagian: ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sakrum, ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sakrum sampai batas bawah sakrum dan ureter 1/3 distal mulai batas bawah sakrum sampai masuk ke kandung kemih.

Berikut adalah gambaran letak ureter.

  


3.      Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih adalah organ tubuh yang mengumpulkan air kencing yang dikeluarkan oleh ginjal sebelum dibuang. Air kencing memasuki kandung kemih lewat ureter dan keluar lewat uretra. Kandung kemih atau buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapisan otot detrusor yang saling beranyaman. Ia terletak tepat di belakang pubis di dalam rongga pelvis. Kandung kemih dapat menyimpan urin orang dewasa pada umumnya kurang lebih 500 ml. Secara anatomi kandung kemih terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan superior, permukaan inferiolateral dan permukaan posterior.

Berikut adalah gambaran kandung kemih.



4.      Uretra
Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.
Terdapat perbedaan pada uretra pada wanita dan uretra pada pria.
Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara klitoris dan pembukaan vagina sedangkan pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada kepala/glans penis.
Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian dan dinamakan sesuai dengan letaknya:
a.       Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
b.      Pars prostatica, terletak di prostat, terdapat pembukaan kecil, dimana terletak muara vas deferens.
c.       Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.
d.      Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis.
1)      pars bulbosa, pars spongiosa yang terlapisi otot bulbocavernosus dan menempel pada tubuh karena tergantung oleh ligamantum suspensorium penis.
2)      pars pendulosa, pars spongiosa yang tidak terlapisi otot dan menggantung pada kondisi tidak ereksi.
Berikut adalah gambaran dari uretra.

 
 
   C. Miksi / Mikturisi / Berkemih
1.      Urin
Urin adalah produk sisa dalam bentuk cair. Warnanya bervariasi, mulai dari kuning sampai dengan bening. Urin bersifat asam. Pada urin normal tidak boleh didapati glukosa, albumin, darah, nanah atau aseton. Karena adanya zat-zat tersebut dalam urin menandakan adanya penyakit, trauma atau infeksi pada sistem perkemihan.
Komposisi urin:
a.       Air (96%)
b.      Larutan (4%)
1)      Larutan organik
Urea, ammonia, kreatin dan uric acid
2)      Larutan anorganik.
Natrium (sodium), klorida,kalium (potasium), sulfat, magnesium dan fosfor.
Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
2.      Proses miksi
Proses berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urin dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam vesika urinaria (bagian reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang dewaasa) dan 200-250 cc (pada anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urin yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medula spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.
3.      Faktor yang mempengaruhi eliminasi urin
a.       Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b.      Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
c.       Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.
d.      Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e.       Tingkat Aktivitas
Elliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
f.       Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, dapat memengaruhi produksi urine.
g.      Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
h.      Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih ditoilet dapat mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.
i.        Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
j.        Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
k.      Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya, pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikohnergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
l.        Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intravenous pyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat memengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

   D. Masalah dalam Sistem Perkemihan
1.      Retensi urin
Retensi urin merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari kandung kemih. Retensi urin dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urin normal dalam kandung kemih adalah sebesar 250-450 ml dan sampai batas jumlah tersebut urin merangsang refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urin sebanyak 3000-4000 ml.
Tanda-tanda klinis pada retensi
a.       Ketidaknyamanan daerah pubis.
b.      Distensi kandung kemih.
c.       Ketidaksanggupan untuk berkemih.
d.      Sering berkemih saat kandung kemih berisi sedikit urin yaitu sekitar 25-50 ml.
e.       Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya.
f.       Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
g.      Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab
a.       Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria.
b.      Trauma sumsum tulang belakang.
c.       Tekanan uretra yang tinggi oleh otot detrusor yang lemah.
d.      Sfingter yang kuat.
e.       Sumbatan (struktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat).

2.      Inkontinensia urin
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan otot sfingter ekternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin secara umum.
Penyebab inkontinensia urin adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran dan penggunaan obat narkotik atau sedatif.
Inkontinensia urin terdiri atas:
a.       Inkontinensia dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa sadar terjadi segera setelah merasakan dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemungkinan penyebab
1)      Penurunan kapasitas kandung kemih.
2)      Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluran kemih).
3)      Minum alkohol/kafein.
4)      Peningkatan cairan.
5)      Peningkatan konsentrasi urin.
6)      Distensi kandung kemih yang berlebihan.
Tanda-tanda inkontinensia dorongan:
1)      Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali).
2)      Spasme kandung kemih.
b.      Inkontinensia total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
1)      Disfungsi neurologis.
2)      Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan.
3)      Trauma atau penyakit yang memengaruhi saraf medula spinalis.
4)      Fistula.
5)      Neuropati.
Tanda-tanda inkontinensia total
1)      Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan.
2)      Tidak ada distensi kandung kemih.
3)      Nokturia.
4)      Pengobatan inkontinesia tidak berhasil.
c.       Inkontinesia stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urin kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab:
1)        Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan penuaan.
2)        Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas).
3)        Distensi kandung kemih.
4)        Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.
Tanda-tanda inkontensia stres
1)      Adanya urin menetes dengan peningkatan tekanan abdomen.
2)      Adanya dorongan berkemih.
3)      Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali).     
d.      Inkontinensia refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat di perkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebabnya adalah kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda inkontinesia refleks:
1)      Tidak ada dorongan untuk berkemih.
2)      Merasa bahwa kandung kemih penuh.
3)      Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interpal teratur.
e.       Inkontinensia fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyababnya adalah kerusakan neurologis (lesi medula spinalis).
Tanda-tanda inkontinensia fungsional:
1)      Adanya dorongan untuk berkemih.
2)      Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin

3.      Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkn tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo, umunya pada malam hari.
Faktor penyebab enurusis:
a.       Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b.      Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c.       Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urin dalam jumlah besar.
d.      Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang tua).
e.       Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa di bantu untuk mendidiknya.
f.       Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g.      Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.
h.      Anak yang takut jalan gelap ke kamar mandi.

4.      Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengn jalan membuat stoma pada dinding perut untuk drainase urin. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada  kandung kemih.

   E. Perubahan Pola Eliminasi Urin
Perubahan pola eliminasi urin merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine, disebabkan oleh mulipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas:
1.      Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi berkemih diakibatkan oleh sititis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stres atau hamil.
2.      Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka.
3.      Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.
4.      Poliuria
Poliuria merupakan produksi urin abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes melitus. Defisiensi anti dieuretik hormon (ADH) dan penyakit ginjal kronik.
5.      Urinaria supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urin secara mendadak. Secara normal, urin diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.


                                                                                                                                                                             
Semoga makalah ini bermanfaat yah readersss.... Silahkan di copy bila diperlukan tapi mohon sertakan link sumbernya yah...